Minggu, 30 Juni 2013

B. Self Directed Changes



I.              Melakukan perubahan pribadi melalui tahapan :
  1. Bagaimana cara meningkatkan control diri?
            Perkembangan self control pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin dewasa diharapkan mempunyai self control yang lebih baik dibanding saat remaja dan anak-anak. Namun demikian beberapa kasus menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh orang yang sudah dewasa. Mahasiswa yang telah beranjak dewasa (bertambahnya usia dan ilmu) tentunya diharapkan oleh masyarakat mempunyai self control yang lebih tinggi dibanding anak-anak SMA. Tentunya akan aneh jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan kemampuan mengendalikan diri, bahkan berbuat sesuka hati dengan membiarkan perilaku yang lebih mementingkan egosime tanpa menghiraukan konsekuensi yang akan diperoleh.
            Dalam pandangan Zakiyah Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam pengertian yang umum pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang dengan cara menunda kepuasan sesaat.

  1. Bagaimana cara menetapkan suatu tujuan?
            Betapapun keadaan anda saat ini tidak menjadi masalah, yang penting adalah kemana tujuan anda. Menetapkan tujuan adalah langkah pertama yang menggerakkan anda dari posisi anda sekarang ke posisi yang sebenarnya anda inginkan. Kesuksesan dan pencapaian bukanlah suatu kebetulan; semua itu adalah hasil dari keinginan dan tujuan yang disertai tindakan untuk memenuhinya. Menetapkan tujuan meliputi memutuskan target- target yang harus dicapai dalam area- area hidup, memastikan anda tahu apa yang anda mau lakukan dan miliki, dan mengambil langkah konkret mengarahkan sumber daya anda kesana.


            Kalau anda tidak menetapkan tujuan anda, orang lain yang akan menetapkan buat anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan finansial, iklan dan pemasaran lah yang memutuskan bagaimana anda membelanjakan uang anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan karir, boss anda lah yang menentukan berapa jam anda bekerja, dan posisi anda sepuluh tahun dari sekarang. Kalau anda tidak menetapkan tujuan kontribusi, penggalang dana lah yang memutuskan untuk apa dan siapa donasi anda akan disalurkan.

            Dalam suatu studi melibatkan 1,500 anak berbakat, Dr. Lewis Terman dari Stanford University mencari tahu hubungan antara kepintaran dan pencapaian dalam hidup. Hasil penemuannya luar biasa: IQ bukan bahan utama untuk sukses, melainkan tiga faktor yaitu kepercayaan diri, ketekunan, dan kecenderungan menetapkan tujuan.

            Tetapkan tujuan dan rancanglah hidup untuk meraih mimpi anda. Maksimalkan waktu, uang, dan tenaga menghidupi impian anda. Bukan mencoba menyelipkan mimpi anda ke dalam kesibukan dan kekacauan hidup. Kita semua cuma hidup sekali. Mulailah hidup sebaik- baiknya, jadilah apapun sebisa anda dan jangan menunda lagi.

            Dalam bukunya, Stephen R Covey mengatakan bahwa kebiasaan pertama dari orang yang efektif adalah proaktif. Ini berarti mereka bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh dan melihat dirinya sebagai penentu dari nasib sendiri. Kebiasaan kedua adalah mereka memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran, yang berarti mereka memutuskan apa yang ingin mereka capai. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pilihan, bagaimanapun keadaannya. Mindset nya adalah “Saya bertanggung jawab atas diri saya, dan saya mempunyai pilihan.”

            Komponen utama hidup yang memuaskan adalah visi-tahu apa yang anda inginkan-, perencanaan, dan pelaksanaan; layaknya tempat tujuan, peta, dan kendaraan. Target anda adalah tempat tujuan anda.

            Bermimpilah sebesar- besarnya, visualisasikan pencapaian anda, dan bayangkan anda mencapai tujuan- tujuan tesebut. Lihatlah hari- hari yang akan anda jalani, perasaan anda, dan kepuasan anda. Segera tuliskan mimpi- mimpi tersebut. Anda bisa mengambil secangkir kopi dan memutar lagu favorit sembari kembali ke masa kanak- kanak memikirkan masa depan anda. Tuliskan sebanyak- banyaknya, karena anda akan menyeleksinya.
  1. Bagaimana menyusun konsekuensi yang efektif?
1.      Jangan membuat garis terlalu tipis. Garis harus tampak dilihat dari jauh dalam ukuran ruangan
2.   Buatlah selalu garis dengan konsisten.bolehlah menggunakan 2 garis yang berbeda tapi sebaiknya tidak lebih
3.   Gunakan hanya satu macam tanda panah karena audience yang dibelakang tidak bisa   membedakan
4.      Gunakan satu macam garis putus
5.    Menggunakan shape lebih bagus daripada garis karena shape tampak lebih menarik untuk design yang simple

  1. Bagaimana menerapkan rencana intervensi?
rencana intervensi yang dibuat praktikan untuk menangani masalah klien “MG” adalah sebagai berikut:
1. Social Case Work Method Metode Bimbingan Sosial Individu menekankan pada pertolongan secara khusus terhadap individu yang mengalami masalah tersebut.
2. Social Group Work Method Metode Bimbingan Sosial Kelompok menekankan bahwa pertolongan dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi peran kelompok untuk dapat saling membantu menghadapi masalahnya.
 3. Motivation Training Training motivasi akan dibawakan oleh trainer profesional dengan materi seputar merancang masa depan.
 4. Pengembalian klien kepada PSMP/RPSA Kementerian Sosial RI Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa meskipun klien “MG” saat ini berstatus Anak Negara (AN) yang nota bene akan dididik di LAPAS sampai usia 18 tahun. Namun ada celah kebijakan yang dapat dilakukan yakni pasca 2 kali 6 bulan menjalani masa tahanan, klien “MG” dapat diajukan untuk pembebasan bersyarat.

  1. Apa saja yang dilakukan dalam tahap evaluasi?
                        Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa  yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber yang ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan pengambilan keputusan anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan Evaluasi tersebut perlu diadakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai alternatif strategis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan secara general, dan melihat apakah tujuan sudah tercapai. Di sisi lain, perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang hendak dievaluasi, merasa telah mencapai tujuan, dan banyak membuang waktu. Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi diawal Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan .Evaluasi yang diadakan di dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode penelitian laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat diterapkan.Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati kebebasan dari lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang harus dilalui yakni menentukan permasalahan secara jelas,mengembangkan pendekatan permasalahan,memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data,menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.

Sumber :
          Ashar Suyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi,Jakarta 2008
          Khavari, Khalil A., The Art of Happiness, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006
          Davis, K. & Newstrom, J.W., (2000). Perilaku dalam organisasi. Jakarta: Erlangga.

Sabtu, 29 Juni 2013

A. Pekerjaan dan Waktu Luang



I.      Mengidentifikasi nilai pekerjaan, apa yang dicari dalam pekerjaan, fungsi psikologi dari pekerjaan
·         Definisi :
                        Nilai pekerjaan adalah bahwa nilai dari apa yang kita kerjakan sebenarnya sangat   bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan   yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu   yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.
·         Apa yang dicari dalam pekerjaan :
                                Mencari uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang       untuk bekerja.  Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka  semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk   mencari gaji yang lebih tinggi.

                        Mencari pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan  mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.

                        Mencari teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.

                        Mencari kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain.
·         Fungsi Psikologis dari Pekerjaan
            Fungsi psikologinya yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk   hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas. Contohnya, seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)

II.             Menjelaskan fase-fase dalam memilih pekerjaan
                        Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu.

III.   Menjelaskan hubungan antara karakteristik pribadi dan larakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok.
                        Memilih pekerjaan yang cocok memeang tidak mudah, perlu proses dan harus memilih dengan benar jika tidak, nanti menjalani pekerjaan itu malah malas-malasan. Hubungan antara karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok. Orang yang memiliki perpaduan Koleris dan Sanguin (atau sebaliknya),  biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin karena semangat dan kepercayaan dirinya. Orang yang memiliki perpaduan Sanguin dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan dalam membina relasi dan persahabatan. Orang yang memiliki perpaduan Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan untuk menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya. Orang yang memiliki perpaduan Melankolis dan Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat kerja dan produktivitas yang sangat tinggi.

IV.           Menjelaskan tentang kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam bekerja
Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Robbins (2003) menyatakan bahwa kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang tersedia. Kepuasan kerja yang rendah akan berdampak negatif terhadap perkembangan mutu asuhan/pelayanan. Menurut As’ad (2001) kepuasan kerja dapat berpengaruh terhadap perilaku pegawai antara lain produktifitas, absentisme kecelakaan kerja dan pengunduran diri. Begitu pula menurut Keith dan Davis (1985, dalam Mangkunegara, 2000) mengemukakan bahwa pada organisasi yang kepuasan pegawainya kurang terdapat angka pengunduran pegawai lebih tinggi.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah gaya kepemimpinan dari seseorang yang secara organisatoris berada pada hierarki yang lebih tinggi dari dirinya, hal ini diasumsikan bahwa bekerja tanpa adanya arahan akan mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak sesuai denganapa yang diinginkan dan akan mengakibatkan menurunnya motivasi untuk bekerja (Yukl, 2001). Peningkatan motivasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi kegiatan organisasi (Hersey & Blanchard, 1977, dalam La Monica, 1998).

V.            Menjelaskan bagaimana menggunakan waktu luang dengan positif :

                        Meluangkan waktu luang dengan hal-hal yang positif sangat penting dan banyak cara, karena dengan kita melakukan hal-hal positif di waktu luang bisa mengurangi rasa penat setelah melalukan pekerjaan yang cukup berat. Dan cara-cara menggunakan waktu luang secara positif bisa dengan melakukan olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby masing-masing, atau juga bisa menulis blog.


Sumber :
Davis, K. & Newstrom, J.W., (2000). Perilaku dalam organisasi. Jakarta: Erlangga.
            http://rajapresentasi.com/2010/01/cara-membuat-struktur-organisasi-yang-efektif/

Minggu, 02 Juni 2013

tugas 3



A.   Cinta dan Perkawinan

1.     Bagaimana memilih pasangan
                  Memilih pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
                  Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang harus berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
                  Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas dan kitalah yang lebih pantas.

                  Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif. Lalu, mengingat pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
                  Adapun bila kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu identik dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka, ketika sedang memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut?
Terakhir, lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan. Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
2.     Hubungan dalam perkawinan
                  pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti.  Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.

                                    Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

                 Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.

                 Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.

                 Tahap keempat
: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

                 Tahap kelima Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

                             Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
                                    Ketika pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah ini sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa dia memang pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
                                    Ketika keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.


3.     Penyesuaian diri dan pertumbuhan dalam perkawinan
                  Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis. Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.

           Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.


4.    Perceraian dan pernikahan kembali
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya. Mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta meraka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak) dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anal-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hokum dan aturan tentang perceraian dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan
Jenis perceraian ada 2 :
1.      Cerai hidup : karena tidak cocok satu sama lain.
2.      Cerai mati : karena salah satu pasangan meninggal
                  Penyebab perceraian
·         Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami-istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain : krisis keuangan dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain istilah ketidakharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih netral.
·         Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak yang dapay dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri misalnya mabuk,berzinah
·         Perzinahan
Disamping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri
·         Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri untuk mengakhiri sebuah pernikahan adalah bahwa pernikahan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta. Pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang baik
·         Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa,tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri.

5.    Alternatif selain pernikahan “Membujang”

                                                Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang      menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
                                    Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
                                    Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah. Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.

                                    Tidak dapat dipungkiri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
                                    Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
                                    Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.


.

Sumber :
 Adhim, Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
Selamat, Kasmuri, (1998). Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan). Jakarta : Kalam Mulia