Kamis, 25 April 2013

Tugas 2



Tugas 2 :
A.   Penyesuaian Diri
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana  kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah, sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.

1.Pengertian Penyesuaian Diri
                   Penyesuaian berarti adaptasi atau proses bagaimana seorang individu dapat mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang menyesuaikan  sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan emosional.  Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.


Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
    
    
2. Konsep Penyesuaian Diri
                        Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.

                        Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.


3. Pertumbuhan Personal
                Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya. 
Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1.      Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan
2.      Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali. 
3.      Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain  
A.  Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

B.  Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri,karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

C.  Kondisi – kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

D.  Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)


Sumber :

Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka
Cipta Wahjosumidjo

Kamis, 04 April 2013

tugas kesehatan mental

Tugas 1 Kesehatan Mental : Konsep Sehat, Sejarah Perkembangan Mental, Pendekatannya Dan Teori Kepribadian Sehat,
 • Konsep Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik,emosi, sosial dan spiritual. Dan berikut ini adalah dimensi - dimensi dari konsep sehat:
1. Dimensi Emosional. Bagaimana reaksi emosinya, menangis, sedih, bahagia, kacau, over-sensitive, histeris, depresi, optimis. kesehatan emosi mencangkup kemampuan untuk bertanggung jawab menerima, dan menyampaikan perasaan nya serta dapat menerima keterbatasan orang lain.
2. Dimensi Intelektual. Bagaimana seseorang berfikir, wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk secara terus-menerus tumbuh dan belajar untuk beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru.
3. Dimensi Sosial Tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga, pernihakan, dan sesama lainnya, penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Jalan yang akan kita ambil dan kedisiplinan.
4. Dimensi Fisik Secara umum, manusia dalam dimensi ini mampu mempraktikan gaya hidup yang positif. Kemampuan fisik adalah kemampuan menyelesaikan tugasn nya sehari hari, pencapaian kebugaran (seperti kardiovaskular, paru, dan gastrointestinal), menjaga nutrisi tetap adekut, dan ketepatan proporsi tubuh dari timbunan lemak, bebas dari penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok.
5. Dimensi Mental Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dengan system biologis.Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental ,yaitu pengalaman awal,proses pembelajaran ,kebutuhan ,dan factor psikologis lain.
6. Dimensi Spiritual Percaya adanya beberapa kekuatan (seperti alam, ilmu pengetahuan, agama, dan bentuk kekuatan lain) yang diperlukan manusia dalam mengisi kehidupannya. Setiap individu memiliki nilai moral, dan etika yang dianutnya. Setiap komponen dalam dimensi diatas dapat mengalami tumpang tindih karena faktor dalam kompinen satu secara langsung mempengaruhi faktor lain. Seseorang yang belajarmengontrol tingkat stres dari fisik nya diharapkanj juga dapat menjaga stamina emosinya yang digunakan dalam menanggulangi krisis. Kesehatan prima mencangkup semua aspek kerja dalam model. Identifikasi kesehatan dari berbagai dimensi merupakan hal penting dalam meningkatan kesdaran kompleksitas konsep sehat.


• Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan. Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budaya pun seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa, dan semoga paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada di Indonesia


 • Pendekatan Kesehatan Mental
1. Orientasi Klasik Pendekatan yang umumnya banyak digunakan oleh bidang kedokteran termasuk psikiatri, sehat diartikan disini ialah keaadaan tanpa keluhan, baik secara fisik maupun mental.
 2. Orientasi Penyesuaian Diri Orientasi yang lebih menekankan kepada lingkungan tempat individu itu hidup dan bersosialisasi. Dan sangat terpaku terhadap standart norma lingkungannya, terutama norma sosial dan budaya. Oleh karena itulah apabila seseorang di anggap tidak sehat disuatu lingkungan, belum tentu dilingkungan yang lain dia juga di anggap tidak sehat, karena ini sangat relaitif.
3. Orientasi Pengembangan Potensi Orientasi yang lebih mengutamakan Potensi dalam diri individu, terutama potensinya menuju kedewasaan. Dalam psikoterapi, yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan, perbuatan, dan tingkah laku seseorang adalah perasaan. telah terbukti secara ilmiah bahwa, tidak selamanya perasaan bisa tunduk terhadap pikiran, bahkan lebih sering terjadi pikiran yang tunduk terhadap perasaan seseorang.


Teori Kepribadian Sehat menurut :
1. Aliran Psikoanalisa Dalam aliran psikoanalisa, perilaku maupun pikiran kita lebih banyak terjadi karena dorongan - dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran, jika tidak terpenuhi biasanya akan menimbulkan perilaku-perilaku yang menyimpang.
2. Aliran Behavioristik Dalam teori ini, manusia ibarat seperti mesin, dimana harus di tekan tombol on baru berjalan. Manusia dilihat hanya dari apa yang dia tampakkan kepada orang lain tanpa harus orang lain tau tentang dia lebih jauh.
3. Aliran Humanistik Dalam Aliran Humanistik, perhatiannya berfokus kepada keunikan manusia yang dipandang sebagai makhuk yang kreatif yang didasarkan pilihan-pilihan sendiri dan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran
 4. Pendapat Allport Menurut Pendapat Allport, pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk dapat akrab dengan orang lain, dan juga mampu mengenali diri sendiri dan orang lain
 5. Pendapat Rogers Menurut Rogers, seseorang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah pribadi yang dapat menyadari potensi yang dimilikinya di gunakan untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri utuk hal-hal positif.
6. Pendapat Abraham Maslow Hampir mirip dengan Pendapat Rogers, dimana menurut Rogers Pribadi yang sehat menyadari potensi-potensi yang dimilikinya digunakan untuk mengatualisasikan diri untuk hal-hal positif, bedanya dengan Maslow adalah Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang tetapi berusaha.
7. Pendapat Erich Fromm Menurut Fromm, Kepribadian yang sehat adalah dia yang mampu hidup dan mampu bersosialisasi dengan baik dalam masyarakat, dan juga adanya hubungan solidaritas yang penuh dengan cinta dan tanggung jawab, serta tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya.


 DAFTAR PUSTAKA Yustinus, Drs.(2012).Model-model Kepribadian Sehat.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Lindzey, gardner.1993.Teori – Teori Psikodinamik.Yogyakarta: Penerbit Kanisius Schultz, Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sabtu, 16 Maret 2013

tugas psikoterapi

A. Pengertian Psikoterapi Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran Psikoterapi adalah proses yang digunakan profesional dibidang kesehatan mental untuk membantu mengenali, mendefinisikan, dan mengatasi kesulitan interpersonal dan psikologis yang dihadapi individu dan meningkatkan penyesuaian diri mereka (Proschaska & Norcross, 2007) Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. Istilah tersebut mencakup berbagai teknik yang kesemuanya dimaksudkan membantu individu yang emosinya terganggu untuk mengubah perilaku dan perasaannya, sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang bermanfaat dalam menghadapi orang lain. Beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari; pakar lain merasa bahwa individu dapat belajar mengatasi masalahnya tanpa harus menjajaki faktor yang menjadi penyebab masalah mereka. Walaupun terdapat berbagai perbedaan teknik, kebanyakan metode psikoterapi memiliki ciri dasar yang serupa. Teknik tersebut meliputi komunikasi antara dua individu – klien (penderita) dan pakar terapi. Klien didorong untuk mengungkapkan rasa takut, emosi, dan pengalamannya secara bebas tanpa merasa takut dinilai atau dicemoohkan oleh pakar terapi. Sebaliknya pakar terapi tersebut menunjukkan simpati dan perhatian, serta mencoba membantu klien mengembangkan cara yang lebih efektif untuk menangani masalah. B. Tujuan Psikoterapi Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2004) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. Sedangkan tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2004) dirumuskan sebagai : membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui pemahaman intelektual. Selain itu terdapat tujuan psikoterapi dengan pendekatan terpusat yang dikemukakan oleh Corey (dalam Gunarsa, 2004) antara lain : untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang bisa mencegah pertumbuhannya. Ada pula tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2004) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku untuk mengganti pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. C. Unsur-Unsur Psikoterapi Ada tiga unsur utama psikoterapi, yaitu: 1. Dari segi proses : Berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi. 2. Dari segi tujuan : Untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada. 3. Dari segi tindakan : Seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya. D. Perbedaan Psikoterapi dan Konseling Ada 3 perbedaan menurut Gay.S.Belkin : - Konseling dan psikoterapi dapat di pandang berbeda lingkup pengertian antara keduanya. Istilah “psikoterapi” mengandung arti ganda. Pada satu segi menunjuk pada sesuatu yang jelas yaitu satu bentuk terapi psikologis. - Konseling lebih fokus pada konseren, ikhwal, masalah, pengembangan-pendidikan-pencegahan, sedangkan psikoterapi fokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan. - Konseling dijalankan atas dasar (atau dijiwai oleh) falsafah atau pandangan terhadap manusia sedangkan psikoterapi dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi. Sedangkan dalam buku Psikologi Konseling, tahun 2003 dikatakan perbedaan seperti berikut: - Konseling umumnya berkenaan dengan orang-orang yang tergolong normal, sedangkan psikoterapi orang yang mengalami gangguan psikis. - Konseling bersifat edukatif, suportif, berorientasi kesadaran, dan jangka pendek. Sedangkan psikoterapi bersifat rekonstruktif, konfrontif, berorientasi ketidaksadaran jangka panjang. - Konseling lebih terstruktur dan terarah kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas dan konkret. Sedangkan, psikoterapi lebih luas dan mengarah pada tujuan yang lebih jauh. E. Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illness 1. Pendekatan Psikoanalisa : Banyak menekankan factor ketidaksadaran dan berlandasakan pada pengaruh aspek biologis manusia. 2. Pendekatan Behavioristik : Menekankan proses berpikir rasional dalam terapi. Pendekatan ini memandang manusia dari sudut perilaku yang tampak, yang bisa diobservasi dan dikuantifikasi 3. Pendekatan Humanistik : Sangat mementingkan nilai-nilai kemanusiaan pada diri seseorang. 4. Gestalt : Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran dan integrasi yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan. F. BENTUK UTAMA TERAPI Sebagaimana dikemukakan Atkinson (dalam Maulany, 1994) terdapat enam teknik atau bentuk utama psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain: 1. Teknik Terapi Psikoanalisa Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik. 2. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku. 3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. 4. Teknik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain. 5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi. 6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya. Referensi : Gunarsa, S.D,dkk. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia Mujib, A. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Grafindo Persada. Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9.

Kamis, 01 Desember 2011

Aspek psikologi teknologi internet dan pemanfaatan teknologi internet yang baik untuk anak dan remaja

Pro dan kontra aspek psikologi internet
Ø Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya di seluruh dunia. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
Ø Identik dengan pornografi, penipuan, perjudian serta mengurangi sifat sosial manusia.
Ø Pembajakan akan mencakup semua bidang, termasuk perangkat lunak, musik, film, dsb Hampir setiap industri adalah kehilangan jutaan dolar karena internet.
Ø Dampak positif yang didapat oleh anak yang bisa menggunakan internet adalah berkembangnya kognitif yang signifikan dam kemampuan spatial.
Ø Dampak negative yang dapat diperoleh adalah jika anak sudah terpengaruh oleh pornografi dan kecanduan game online. Kecanduan game online dapat membuat anak lebih agresif karena permainan yang dimaikan kebanyakan adalah permainan tentang kekerasan seperti tembak-tembakan atau berkelahi.


Ø Pemanfaatan teknologi internet yang baik dan realistis serta dampak yang baik untuk anak dan remaja


Dampak positif nya adalah internet bisa memberi dampak negatif bagi kalangan masyarakat khususnya remaja dan anak-anak. Misalnya para remaja membuka situs-situs porno di internet. Itu merupakan salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Semua dapat merusak moral para remaja yang merupaka generasi penerus bangsa.
Dampak buruk dari internet adalah timbul berbagai macam kejahatan. Diantaranya adalah pencurian uang di Bank melalui internet, dan biasanya orang yang ahli di bidang itu disebut Hacker. Perbuatan kriminal tersebut sulit untuk di deteksi karena mereka menggunakan taktik sendiri dan kode-kode tertentu dalam pelaksanaan misi mereka. Dan itu semua tidak dapat diketahui pihak lain. Contoh kejahatan lain adalah penipuan undian berhadiah. Dan masih banyak lagi tindak kriminal yang dilakukan melalui internet.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi remaja adalah pada bidang pengetahuan. Didalam internet terdapat berbagai pengetahuan yang dapat didapatkan oleh remaja. Pengetahuan itu selain yang ada pada buku, pengetahuan yang lain diluar sekolah juga dapat didapatkan. Mudah mengetahui pengetahuan yang baru dan sedang trend menjadikan remaja percaya diri dan optimis untuk terus membuat karya-karyanya. Berbagai pengetahuan yang didapat remaja dapat membuat remaja termotivasi untuk membuat hal-hal baru yang belum pernah ada serta berani tampil dengan apa yang dimiliki dalam bidang pengetahuan. Pengetahua yang didapat dalam internet juga dapat membuka pola pikir remaja yang sedang berkembang dan melihat berbagai pengetahuan yang terbaru dinegara lain.

Rabu, 08 Juni 2011

ALL ABOUT STRESS

A. PENGERTIAN STRESS
Stress adalah penyakit yang banyak menemani masyarakat modern jaman ini. Stress di dunia kerja, kuliah, hingga malasah kebutuhan hidup. Terkadang usaha untuk menghilangkan stress malah memunculkan stress yang baru. Cara-cara Tradisional hingga metode modern kita pakai agar terhindar dari stress. Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stress sebagai segala sesuatu yang dipandang oleh seseorang sebagai sesuatu yang manantang, mengancam, atau menyakitkan (Lazarus & Folkman, dalam Wortman, 1999). Holmes dan Rahe mendefnisikan stress sebagai suatu keadaan dimana individu harus berubah dan menyesuaikan diri terhadap suatu peristiwa yang terjadi (Holmes & Rahe dalam Aronson, 2004). Papalia (2004) mendefinisikan stress sebagai respon terhadap tuntutan fisik ataupun psikologis. Penyebab stress sendiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu bioekologis, psikososial, dan kepribadian. Bioekologis adalah stress yang muncul karena keadaan biologis seseorang yang dipengaruhi oleh tingkah laku-tingkah laku orang tersebut. Psikososial adalah stress yang muncul karena pengaruh keadaan lingkungan, dan kepribadian adalah stress yang muncul akibat kepribadian orang tersebut.

Ada Banyak Cara Menghilangkan Stress
1. Kenali dan identifikasi apa akar permasalahan dari penyebab stress itu.
Apakah karena sebuah tuntutan ataukah tekanan dari pihak lain ? Kalau stress itu berhubungan dengan sebuah tuntutan, maka secepat mungkin tanpa menunda waktu usahakan agar tuntutan itu segera kita selesaikan.

2. Berpikir Positif dan berdamai dengan diri sendiri. Pantulan Positif yang tercermin dari isi hati dan kepala kita diyakini akan mengurangi dan menghilangkan stress. Bersyukur dalam segala hal tentang apa yang sudah kita miliki adalah contoh usaha berdamai dengan diri sendiri.

3. Lakukan yang menjadi kesukaan kita.
Mungkin inilah cara yang paling efektif untuk menghilangkan stress. Menyalurkan emosi kepada hal2 yang kita sukai seperti Download MP3, jalan2 kepantai, wisata keluarga, ngeceng di Mall, main Game Online ataupun hal2 mengasyikkan lainnya akan meredakan tingkat stress yang kita alami.

Permasalahan memang tidak dapat kita hindari namun meminimalisasi permasalahan masih dapat kita usahakan agar terhindar dari Stress. Cara menghilangkan Stress diatas kiranya dapat membantu anda sekalian untuk dapat Survive didalam dunia yang semakin penuh dengan tekanan ini.
Sumber dan macam-macam stresor antara lain :
1. kondisi biologi
Berbagai penyakit infeksi , trauma fisik dengan kerusakan organ biologik,mal nutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang kontinyu
2. Kondisi Psikologi
a. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan moderen.
b. berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation ) seperti kegagalan mencapai sesuatu ynga sangt di idam-idamkan.
c. berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan atau pasangan hidup yang sangat dicintai.
d. berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi dan lain-lain.
e. berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut kode moral etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan.
3. Kondisi Sosio Kultural.
Kehidupan moderen telah menempatkan manusia kedalam suatu kancah stress sosio kultural yang cukup berat. Perubahan sosio ekonomi dan sosio budaya yang datang secara cepat dan bertubi – tubi memerlukan suatu mekanisme pembelaan diri yang memadai. Stresor kehidupan moderen ini diantaranya. :
a. berbagai fluktuasi ekonomi dan segala akibatnya ( menciutnya anggaran rumah tangga , pengangguran dan lain-lain ).
b. Perceraian, keretakan rumah tangga akibat konflik ,kekecewaan dan sebagainya.
c. Persaingan yang keras dan tidak sehat.
d. Diskriminasi dan segala macam keterkaitannya akan membawa pengaruh yang menghambat perkembangan individu dan kelompok.
e. Perubahan sosil yang cepat apabila tiadak diimbangi dengan penyusuaian etika dan moral konvisional ynag memadai akan terasa ancaman. Dalam kondisi terburuk nilai materikalistik akan mendominasi nilai moral spiritual yang akan menimbulkan benturan konflik yang mungkin sebagian terungkap, sedangkan sebagian lainnya menjadi beban perasaan individu atau kelompok..

Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis:
a. Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, napas cepat dan memburu / terengah – engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas , otot tegang.
b. Gejala Psikis
Keadaan stres dapat membuat orang – orang yang mengalaminya merasa gejala – gejala psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah faham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.


B. KAITAN STRESS DENGAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN APAKAH STRESS MEMPENGARUHI INDIVIDU DAN BAGAIMANA HAL ITU BISA TERJADI
Dalam konteks lingkungan stress dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsung menghambat tujuan seseorang. Kaitan stress dengan lingkungan yaitu stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang mengancam yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya. Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapat dan seterusnya. Maka apabila lingkungan tidak mendukung kesejahteraan fisik maupun mental seseorang akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental yang mencetuskan terjadinya stres.
Stres menurut Stokols (dalam Brigham, 1991) merupakan salah satu aspek yang dapat mengakibatkan penyakit atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat. Stres yang dialami individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menghadapi stres. Individu yang mengalami stres umumnya tidak dapat melakukan interaksi sodial dengan baik, sehingga dapat menurunkan perilaku untuk membantu orang lain.

Secara Ringkas, Sumber Stress dapat diuraikan Sebagai Berikut:
1. Sumber Stress Adalah Keinginan
Manusia hidup pasti tidak akan pernah terlepas dari keinginan. Memiliki keinginan adalah wajar sejauh kita tidak menjadi budak keinginan kita sendiri. Oleh karena itu, keinginan dapat menjadi salah satu sumber stress. Stress dapat timbul bila orang bersikap terlalu kaku pada keinginannya sendiri tanpa memiliki kesadaran bahwa kadang orang harus menyesuaikan diri antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi. Dengan kata lain, orang sering tidak siap dan tidak berkeinginan menghadapi perubahan.Padahal, setiap saat dan di setiap tempat ada kemungkinan orang akan mengalami perubahan. Perubahan dalam hidup ini dapat merupakan perubahan ke arah yang menggembirakan ataupun sebaliknya. Menghadapi perubahan yang menggembirakan, orang tidak akan mempermasalahkan seperti bila sedang menghadapai perubahan yang tidak menyenangkan. Dalam masalah ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang membuat orang tidak bahagia karena tidak sesuai dengan keinginannya. Perubahan dapat dirasakan mengarah pada hal yang tidak membahagiakan karena disebabkan oleh niat orang untuk tidak ingin berkumpul dengan yang tidak disenangi dan berpisah dengan yang dicinta. Perubahan ini terjadi dalam bentuk yang seluas-luasnya, misalnya dalam hubungan dengan sesama manusia, dengan benda maupun dengan suasana serta masih banyak yang lainnya. Stress muncul karena orang tidak ingin melihat perubahan ke arah yang tidak menggembirakan itu terwujud sebagai kenyataan. Orang bahkan ingin memaksakan kenyataan seperti keinginannya. Tentunya hal ini tidaklah mungkin dapat terjadi.
Pada dasarnya terdapat dua macam keinginan yang dominan dalam kehidupan ini yaitu ingin selalu bersama dengan hal-hal atau kondisi yang menyenangkan dan yang lainnya adalah ingin tidak pernah menjumpai hal-hal atau kondisi yang tidak menyenangkan. Tentu saja bila kedua macam keinginan ini dapat terpenuhi maka bahagialah kehidupan orang tersebut. Namun, karena hidup selalu berubah maka orang kadang, kalau tidak dapat dibilang sering, mengalami kekecewaan. Bila kekecewaan ini bertambah banyak kuantitas maupun kualitasnya maka stress dan akibat-akibat negatif lainnya akan muncul.
2. Keinginan dapat Dikendalikan
Apabila sumber stress diketahui maka sesungguhnya jalan untuk mengatasinya telah terjawab setengahnya. Telah disadari bahwa keinginan yang tidak fleksibel justru akan menjerumuskan seseorang ke dalam jurang stress. Semakin kukuh keinginan seseorang, semakin besar pula kemungkinan stress yang akan dihadapinya. Untuk itulah, orang perlu memiliki wawasan berfikir bahwa dalam hidup ini sering keinginan tidak dapat menjadi kenyataan sedangkan kenyataan tidak jarang amat berbeda dari keinginan yang dimiliki. Wawasan ini berguna untuk melunakkan keinginan sehingga akhirnya dapat diubah dan disesuaikan dengan kenyataan. Bila keinginan telah sesuai dengan kenyataan maka stress pun akan dapat dihalau jauh-jauh dari hidup ini.
Salah satu contoh pengaruh stres terhadap perilaku individu dalam lingkungan yaitu kepadatan yang tinggi dipandang sebagai keadaan fisik yang membuat keadaan tidak menyenangkan, seperti kehilangan kontrol dan kehilangan kebebasan berperilaku serta menurunnya intens prososial individu. Hal ini dapat dijelaskan oleh teori stimulus overload dari Milgram (dalam Wrightsman & Deaux, 1984), dalam teori ini menjelaskan bahwa kondisi yang padat yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti factor perbedaan individu, situasi dan kondisi sosial di kota mengakibatkan individu mengalami stimulus overload (stimulus berlebihan) sehingga individu hnya melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus yang akan diterima dan member sedikit perhatian pada stimulus yang masuk. Hal ini dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak dengan orang lain, yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku menolong pada individu.

Minggu, 15 Mei 2011

ALL ABOUT STRESS

A. PENGERTIAN STRESS
Stress adalah penyakit yang banyak menemani masyarakat modern jaman ini. Stress di dunia kerja, kuliah, hingga malasah kebutuhan hidup. Terkadang usaha untuk menghilangkan stress malah memunculkan stress yang baru. Cara-cara Tradisional hingga metode modern kita pakai agar terhindar dari stress. Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stress sebagai segala sesuatu yang dipandang oleh seseorang sebagai sesuatu yang manantang, mengancam, atau menyakitkan (Lazarus & Folkman, dalam Wortman, 1999). Holmes dan Rahe mendefnisikan stress sebagai suatu keadaan dimana individu harus berubah dan menyesuaikan diri terhadap suatu peristiwa yang terjadi (Holmes & Rahe dalam Aronson, 2004). Papalia (2004) mendefinisikan stress sebagai respon terhadap tuntutan fisik ataupun psikologis. Penyebab stress sendiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu bioekologis, psikososial, dan kepribadian. Bioekologis adalah stress yang muncul karena keadaan biologis seseorang yang dipengaruhi oleh tingkah laku-tingkah laku orang tersebut. Psikososial adalah stress yang muncul karena pengaruh keadaan lingkungan, dan kepribadian adalah stress yang muncul akibat kepribadian orang tersebut.

Ada Banyak Cara Menghilangkan Stress
1. Kenali dan identifikasi apa akar permasalahan dari penyebab stress itu.
Apakah karena sebuah tuntutan ataukah tekanan dari pihak lain ? Kalau stress itu berhubungan dengan sebuah tuntutan, maka secepat mungkin tanpa menunda waktu usahakan agar tuntutan itu segera kita selesaikan.

2. Berpikir Positif dan berdamai dengan diri sendiri. Pantulan Positif yang tercermin dari isi hati dan kepala kita diyakini akan mengurangi dan menghilangkan stress. Bersyukur dalam segala hal tentang apa yang sudah kita miliki adalah contoh usaha berdamai dengan diri sendiri.

3. Lakukan yang menjadi kesukaan kita.
Mungkin inilah cara yang paling efektif untuk menghilangkan stress. Menyalurkan emosi kepada hal2 yang kita sukai seperti Download MP3, jalan2 kepantai, wisata keluarga, ngeceng di Mall, main Game Online ataupun hal2 mengasyikkan lainnya akan meredakan tingkat stress yang kita alami.

Permasalahan memang tidak dapat kita hindari namun meminimalisasi permasalahan masih dapat kita usahakan agar terhindar dari Stress. Cara menghilangkan Stress diatas kiranya dapat membantu anda sekalian untuk dapat Survive didalam dunia yang semakin penuh dengan tekanan ini.
Sumber dan macam-macam stresor antara lain :
1. kondisi biologi
Berbagai penyakit infeksi , trauma fisik dengan kerusakan organ biologik,mal nutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang kontinyu
2. Kondisi Psikologi
a. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan moderen.
b. berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation ) seperti kegagalan mencapai sesuatu ynga sangt di idam-idamkan.
c. berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan atau pasangan hidup yang sangat dicintai.
d. berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi dan lain-lain.
e. berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut kode moral etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan.
3. Kondisi Sosio Kultural.
Kehidupan moderen telah menempatkan manusia kedalam suatu kancah stress sosio kultural yang cukup berat. Perubahan sosio ekonomi dan sosio budaya yang datang secara cepat dan bertubi – tubi memerlukan suatu mekanisme pembelaan diri yang memadai. Stresor kehidupan moderen ini diantaranya. :
a. berbagai fluktuasi ekonomi dan segala akibatnya ( menciutnya anggaran rumah tangga , pengangguran dan lain-lain ).
b. Perceraian, keretakan rumah tangga akibat konflik ,kekecewaan dan sebagainya.
c. Persaingan yang keras dan tidak sehat.
d. Diskriminasi dan segala macam keterkaitannya akan membawa pengaruh yang menghambat perkembangan individu dan kelompok.
e. Perubahan sosil yang cepat apabila tiadak diimbangi dengan penyusuaian etika dan moral konvisional ynag memadai akan terasa ancaman. Dalam kondisi terburuk nilai materikalistik akan mendominasi nilai moral spiritual yang akan menimbulkan benturan konflik yang mungkin sebagian terungkap, sedangkan sebagian lainnya menjadi beban perasaan individu atau kelompok..

Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis:
a. Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, napas cepat dan memburu / terengah – engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas , otot tegang.
b. Gejala Psikis
Keadaan stres dapat membuat orang – orang yang mengalaminya merasa gejala – gejala psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah faham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.


B. KAITAN STRESS DENGAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN APAKAH STRESS MEMPENGARUHI INDIVIDU DAN BAGAIMANA HAL ITU BISA TERJADI
Dalam konteks lingkungan stress dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsung menghambat tujuan seseorang. Kaitan stress dengan lingkungan yaitu stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang mengancam yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya. Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapat dan seterusnya. Maka apabila lingkungan tidak mendukung kesejahteraan fisik maupun mental seseorang akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental yang mencetuskan terjadinya stres.
Stres menurut Stokols (dalam Brigham, 1991) merupakan salah satu aspek yang dapat mengakibatkan penyakit atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat. Stres yang dialami individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menghadapi stres. Individu yang mengalami stres umumnya tidak dapat melakukan interaksi sodial dengan baik, sehingga dapat menurunkan perilaku untuk membantu orang lain.

Secara Ringkas, Sumber Stress dapat diuraikan Sebagai Berikut:
1. Sumber Stress Adalah Keinginan
Manusia hidup pasti tidak akan pernah terlepas dari keinginan. Memiliki keinginan adalah wajar sejauh kita tidak menjadi budak keinginan kita sendiri. Oleh karena itu, keinginan dapat menjadi salah satu sumber stress. Stress dapat timbul bila orang bersikap terlalu kaku pada keinginannya sendiri tanpa memiliki kesadaran bahwa kadang orang harus menyesuaikan diri antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi. Dengan kata lain, orang sering tidak siap dan tidak berkeinginan menghadapi perubahan.Padahal, setiap saat dan di setiap tempat ada kemungkinan orang akan mengalami perubahan. Perubahan dalam hidup ini dapat merupakan perubahan ke arah yang menggembirakan ataupun sebaliknya. Menghadapi perubahan yang menggembirakan, orang tidak akan mempermasalahkan seperti bila sedang menghadapai perubahan yang tidak menyenangkan. Dalam masalah ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang membuat orang tidak bahagia karena tidak sesuai dengan keinginannya. Perubahan dapat dirasakan mengarah pada hal yang tidak membahagiakan karena disebabkan oleh niat orang untuk tidak ingin berkumpul dengan yang tidak disenangi dan berpisah dengan yang dicinta. Perubahan ini terjadi dalam bentuk yang seluas-luasnya, misalnya dalam hubungan dengan sesama manusia, dengan benda maupun dengan suasana serta masih banyak yang lainnya. Stress muncul karena orang tidak ingin melihat perubahan ke arah yang tidak menggembirakan itu terwujud sebagai kenyataan. Orang bahkan ingin memaksakan kenyataan seperti keinginannya. Tentunya hal ini tidaklah mungkin dapat terjadi.
Pada dasarnya terdapat dua macam keinginan yang dominan dalam kehidupan ini yaitu ingin selalu bersama dengan hal-hal atau kondisi yang menyenangkan dan yang lainnya adalah ingin tidak pernah menjumpai hal-hal atau kondisi yang tidak menyenangkan. Tentu saja bila kedua macam keinginan ini dapat terpenuhi maka bahagialah kehidupan orang tersebut. Namun, karena hidup selalu berubah maka orang kadang, kalau tidak dapat dibilang sering, mengalami kekecewaan. Bila kekecewaan ini bertambah banyak kuantitas maupun kualitasnya maka stress dan akibat-akibat negatif lainnya akan muncul.
2. Keinginan dapat Dikendalikan
Apabila sumber stress diketahui maka sesungguhnya jalan untuk mengatasinya telah terjawab setengahnya. Telah disadari bahwa keinginan yang tidak fleksibel justru akan menjerumuskan seseorang ke dalam jurang stress. Semakin kukuh keinginan seseorang, semakin besar pula kemungkinan stress yang akan dihadapinya. Untuk itulah, orang perlu memiliki wawasan berfikir bahwa dalam hidup ini sering keinginan tidak dapat menjadi kenyataan sedangkan kenyataan tidak jarang amat berbeda dari keinginan yang dimiliki. Wawasan ini berguna untuk melunakkan keinginan sehingga akhirnya dapat diubah dan disesuaikan dengan kenyataan. Bila keinginan telah sesuai dengan kenyataan maka stress pun akan dapat dihalau jauh-jauh dari hidup ini.
Salah satu contoh pengaruh stres terhadap perilaku individu dalam lingkungan yaitu kepadatan yang tinggi dipandang sebagai keadaan fisik yang membuat keadaan tidak menyenangkan, seperti kehilangan kontrol dan kehilangan kebebasan berperilaku serta menurunnya intens prososial individu. Hal ini dapat dijelaskan oleh teori stimulus overload dari Milgram (dalam Wrightsman & Deaux, 1984), dalam teori ini menjelaskan bahwa kondisi yang padat yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti factor perbedaan individu, situasi dan kondisi sosial di kota mengakibatkan individu mengalami stimulus overload (stimulus berlebihan) sehingga individu hnya melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus yang akan diterima dan member sedikit perhatian pada stimulus yang masuk. Hal ini dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak dengan orang lain, yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku menolong pada individu.

Senin, 25 April 2011

PRIVASI,RUANG PERSONAL (SPACE) DAN TERITORIALITAS PADA LINGKUNGAN DAN HUBUNGAN ANTARA KETIGANYA

A. PENGERTIAN PRIVASI
Privasi adalah tingkat interaksi atau keterbukaan yang dihendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkat privasi yang di inginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai orang lain. Tetapi ada juga privasi tergantung dari pola-pola perilaku dalam konteks budaya dan dalam kepribadian individu.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi privasi :
• Factor personal
• Factor situasional
• Factor budaya

1. Factor personal. Marshall (1987), mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya, di temukan bahwa anak-anak tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonym dan reserve saat ia dewasa.
2. Faktor situasional adalah beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengizinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987)
3. Faktor budaya adalah Penemuan dari beberapa peneliti, tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa pada tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987)


PENGARUH PRIVASI TERHADAP PERILAKU

Maxine Wolfe dan kawan-kawan (dalam Holahan, 1982) mecatat bahwa pengelolahan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, orang yang terganggu privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Sedangkan Schwartz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang-orang yang “sulit”. Sementara hal yang senada diungkapkan oleh westin bahwa saat-saat kita mendapatkan privasi seperti yang kita inginkan, kita dapat melakukan pelepasan emosi dari akumulasi tekanan hidup sehari-hari dan kita juga dapat melakukan evaluasi diri serta membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri. Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.

B. RUANG PERSONAL ( SPACE)

1. Pengertian Ruang Personal

Ruang pribadi adalah kawasan sekitarnya seseorang yang mereka anggap sebagai psikologis mereka. Gagasan ruang pribadi berasal dari Edward T. Hall , ide-ide yang dipengaruhi oleh Heini Hediger studi dari perilaku hewan kebun binatang.
Ruang pribadi itu sebuah tempat yang nggak terbatas oleh bentuk fisik . ruang pribadi adalah tempat untuk kita menjadi diri kita sendiri. Melakukan sesuatu yang menjadi passion kita. Keinginan yang terpendam, yang sangat bernafsu untuk kita wujudkan dan kerjakan. Tanpa di batasi oleh peraturan, orang lain, bahkan diri kita sendiri. Tempat untuk bebas berekspresi menjadi diri kita sesungguhnya. Lebih jauh lagi ruang pribadi itu adalah “tempat kita melepaskan topeng kita”.
Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita berbicara dengan orang lain, kita membuat jarak terhadap orang yang kita ajak bicara, jarak ini sangat bergantung pada bagaimana sikap dan persepsi kita terhadap orang tersebut. Persepsi ruang inilah yang disebut oleh J.D. Fisher sebagai personal space. Personal space didefinisikan sebagai suatu batas maya yang mengelilingi kita yang dirasakan sebagai wilayah pribadi kita dan tidak boleh dilalui oleh orang lain.
Jika dianalogikan, Personal space ini seperti layaknya sebuah tabung yang memiliki lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan ini adalah ruang-ruang tak terlihat dimana kita merasa aman terhadap lawan bicara kita. Pelanggaran terhadap jarak ini dapat membuat sang “korban" merasa tidak nyaman, kesal, cemas, atau bahkan mungkin marah. Menurut E.T. Hall ada 4 lapisan personal space:

a. Jarak intim: (0-0.5m) jarak ini adalah jarak dimana kita hanya mengizinkan orang-orang yang terasa sangat dekat dengan kita untuk berada didalamnya. Biasanya kekasih/pasangan, orang tua, kakak/adik, dan sahabat dekat dapat memasukinya tanpa menimbulkan rasa risih.

b. Jarak personal: (0.5-1.3m) jarak ideal untuk percakapan antara 2 orang teman atau antar orang yang sudah saling akrab.

c. Jarak sosial: (1.3-4m) jarak yang biasa kita buat untuk hubungan yang bersifat formal, seperti: bisnis, pembicaraan dengan orang yang baru kita kenal, dsb.

d. Jarak publik: (4-8m) jarak untuk hubungan yang lebih formal seperti penceramah dengan hadirinnya. Paspampresnya amerika biasanya membuat ruang kosong selebar +/- 4m untuk menjaga pejabat penting.


2. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya

Ruang pribadi adalah sangat bervariasi. Mereka tinggal di tempat-tempat padat penduduk cenderung memiliki ruang pribadi yang lebih kecil. Warga India cenderung memiliki ruang pribadi lebih kecil daripada di Mongolia padang rumput , baik dalam hal rumah dan individu . Untuk contoh yang lebih rinci, lihat hubungi Tubuh dan ruang pribadi di Amerika Serikat.
Ruang pribadi telah berubah historis bersama dengan batas-batas publik dan swasta dalam budaya Eropa sejak Kekaisaran Romawi. Topik ini telah dieksplorasi dalam A History of Private Life, di bawah redaktur umum Philippe Aries dan Georges Duby , diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Belknap Press.
Ruang pribadi adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan individu-individu kaya lebih menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Orang membuat pengecualian terhadap, dan memodifikasi kebutuhan ruang mereka. Sejumlah hubungan dapat memungkinkan untuk ruang pribadi untuk dimodifikasi dan ini termasuk hubungan keluarga, mitra romantis, persahabatan dan kenalan dekat di mana tingkat yang lebih besar kepercayaan dan pengetahuan seseorang memungkinkan ruang pribadi untuk dimodifikasi.


C. TERITORIALITAS

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkap bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya / area yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Menurut Sommer dan de War perbedaan ruang personal dengan teritorialitas adalah ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi dan tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain. Sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah dengan batasan-batasan yang nyata.
1. Karakter dasar dari suatu teritori yaitu
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar, psikologis, sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan estetika.

D. Hubungan antara privasi, ruang personal dan teritorialitas dengan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan mengenai Privasi, Teknik Teritorialitas, dan Ruang Personal diatas tentunya pasti sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan. Dimana ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi lingkungan ditinjau dari faktor-faktor yang menyebabkan, ataupun isi dari penjelasan tersebut.
Berikut akan dijelaskan tentang Privasi ternyata berpengaruh terhadap situasi lingkungan , dimana ketika ada seseorang yang memiliki tingkat privasi yang tinggi terhadap masalah yang sedang ia alami maka, orang tersebut cenderung ingin memisahkan diri dari lingkungannya dan cenderung, mencari tempat dimana ia bisa menyendiri. Tentunya lingkungan sekitarnya pun akan mengalami perubahan, perubahan terjadi yang paling mencolok adalah keluarganya. Keluarga pasti bertanya-tanya dengan masalah apa yang sedang dialami, tetapi ia tertutup dengan masalahnya. Lain halnya dengan seseorang yang memiliki privasi yang rendah terhadap masalah yang ia alami maka, orang tersebut cenderung mau berbagi terhadap orang dekatnya, baik keluarga ataupun teman-temannya, sehingga lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanannya tau keadaan orang tersebut. Tapi, privasi yang tinggi dan rendah memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam penilaian hubungannya dengan lingkungan. Biasanya kita tidak terlalu menyukai orang-orang yang terlalu terbuka atau tertutup dalam kehidupan sehari-hari, tapi kita lebih menyenangi orang yang dapat mengimbangi antara keterbukaan dan ketertutupan dalam menghadapi masalah, sehingga ia dapat mengatur privasinya dalam berinteraksi di dalam lingkungan masyarakat.
Hubungan antara Teknik Teritorial dengan lingkungan dimana territorial terbagi atas 3 bagian : territorial primer, sekunder, dan umum. Primer contohnya adalah ruang kerja, ruang tidur, dimana jika seseorang memiliki ruang kerja yang tidak teratur, maka juga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan di lingkungan sekitarnya walaupun tingkat ketidaknyamanannya tidak terlalu tinggi, territorial sekunder contohnya, toilet yang sifatnya semi public dimana daerah tersebut sering dikunjungi oleh banyak orang apabila keadaan toilet tidak bersih, juga akan mengakibatkan lingkungan masyarakat merasa tidak nyaman. Territorial umum contohnya adalah antrian karcis yang jika tidak antri atau tidak menaati tata tertib pembelian karcis maka, akan mengakibatkan perselisihan yang dapat menimbulkan lingkungan masyarakat terganggu.
Hubungan antara Ruang Personal dengan lingkungan adalah dimana ruang personal ini berkaitan dengan batas-batas yang ada di sekeliling orang dimana jika batas ini terganggu atau ada ketidaknyaman dalam diri seseorang akan mengakibatkan lingkungan yang berada di sekitarnya pasti terganggu. Contohnya : seseorang yang masuk ke dalam bus tapi, mengganggu penumpang lain tentunya akan mengakibatkan, penumpang lainnya terganggu.
Dari penjabaran di atas tentunya dapat disimpulkan bahwa privasi, teknik territorial, dan ruang personal sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar, dan dapat pula menyebabkan ketidakyamanan jika tidak digunakan dengan baik.