Tugas
2 :
A.
Penyesuaian Diri
Seseorang
tidak dilahirkan dalam keadaan mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh
faktor- faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses
penyesuaian diri yang baik atau yang salah, sejak lahir sampai meninggal
seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan
aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian
yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri
secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.
1.Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian berarti
adaptasi atau proses bagaimana seorang individu dapat mendapat keseimbangan
diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya.
dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan
rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang
menyesuaikan sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai
penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan
untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian
diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan
emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki
respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.
Pengertian
penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal
lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian
diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan
kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun
dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai
interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang
lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga
faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut
bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua
faktor lain.
2. Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien, memuaskan dan
sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah orang yang sangat tidak efisien
dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
3.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu.
Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya
dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas
didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta
langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan
melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan
karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang
dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini
disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih
banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu
aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam
pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup
masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga
mempengaruhi pertumbuhan individu.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam
jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa
pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan
terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi
pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk
menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan
2.
Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
3.
Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain
A. Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara
umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas
dalam kerangka keseluruhan.
B. Variasi dalam pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri,karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
C. Kondisi – kondisi untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
D. Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang
mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda
dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak
Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai
berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
Sumber :
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995).
Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka
Cipta Wahjosumidjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar