Tugas 2 :
B. Stress
1.
Pengertian
stress,efek – efek stress “general
adaption syndrome” menurut hans selye
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu.
Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon
emosional. Parapsikolog juga mendefinisikan stres dalam pelbagai
bentuk. Definisi stres yang paling sering digunakan adalah definisi
Lazarus dan Launier (Ognen dalam Tanumidjojo, Basoeki, Yudiarso, 2004) yang
menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Stres
merupakan konskuensi dari proses penilaian individu, yakni pengukuran apakah
sumber daya yang dimilikinya cukup untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan.
Hans Selye (Subekti D.A, 1993), menyatakan bahwa ada tiga tahap respon
sistematik tubuh terhadap kondisi yang penuh stres, yaitu reaksi alarm, tahap
perlawanan dan penyesuaian, dan tahap kepayahan (exhaustion).
Reaksi alarm dari sistem saraf otonom, dalam reaksi ini tubuh akan merasakan
kehadiran stres dan tubuh akan mempersiapkan diri melawan atau menghindar,
persiapan ini akan merangsang hormon dari kelenjar endokrin yang akan
menyebabkan detak jantung dan pernapasan meninggi, kadar gula dalam darah,
berkeringat, mata membelalak dan melambatnya pencernaan. Pada tahap
perlawanan dan penyesuaian yang merupakan bentuk respon fisiologik, tubuh akan
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stres. Jika penyebab stress
tidak hilang, maka tubuh tidak bisa memperbaiki kerusakan dan terus dalam
kondisi reaksi alarm. Tahap yang ketiga yaitu kepayahan (exhaustion),
yang terjadi apabila stres yang sangat kuat, stres berjalan cukup lama, usaha
perlawanan maupun penyesuaian terhadap stres gagal dilakukan. Jika
berlanjut cukup lama maka individu akan terserang dari “penyakit stres”,
seperti migren kepala, denyut jantung yang tidak teratur, atau bahkan sakit
mental seperti depresi. Apabila stres ini berlanjut selama proses
kepayahan maka tubuh akan kehabisan tenaga dan bahkan fungsinya jadi terhenti.
Menurut Hans Selye, “Stress adalah
respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan
yang ada dalam dirinya.”GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan
respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat
didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
·
Fase
Alarm (waspada)
·
Fase
Resistance (melawan)
·
Fase
Exhaustion (kelelahan)
2.
Factor – factor individual dan sosial
yang menjadi penyebab stress
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik
yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi
stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa
adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau
mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.
Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan
dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang
didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992),
yaitu :
·
Distress( stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres
dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas,
ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan
psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
·
Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan,
frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang
timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat
meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan
karya seni.
·
Faktor individual yang menjadi penyebab
stress:
Stress muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan
motivasional yang melawan,bila seseorang mengalami konflik. Konflik inilah yang
merupakan sumber stress yang utama.
·
Faktor sosial yang menjadi penyebab
stress :
Stress juga dapat bersumber dari interaksi individu dengan lingkungan
sosialnya. Perselisihan dalam hubungan seperti masalah keuangan, saling acuh
tak acuh dan tujuan yang saling berbeda, dapat menimbulkan tekanan ke dalam
diri yang menyebabkan individu mengalami stress. Pengalaman stress yang umum
misalnya, bersumber dari pekerjaan , khususnya (occupational stress” yang telah
diteliti secara luas
3. Tipe-tipe
stress psikologi :
·
Tekanan
Biasanya
tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga.
Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan
pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis
bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
·
Frustasi
Suatu
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya
seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.
·
Konflik
Perbedaan
pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai
suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan
diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok,
bahkna organisasi.
·
Kecemasan
Khawatir,
gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya
rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
4. Strategi coping yang
spontan mengatasi stress :
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri
menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau
mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan
pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas,
pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh
tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur,
istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam
suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres
merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor
(Sunaryo,2004)
Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping
terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-Problem-Pocused
Coping (coping yang berfokus pada masalah)
Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh
individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
-
Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)
Penanganan
stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan penilaian defensive.
5. Pendekatan problem
solving terhadap stress :
Proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika
kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan
memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar