Minggu, 28 April 2013

contoh fenomena sosial remaja






Melihat kondisi global saat ini banyak, banyak sekali alat yang menjadi indikator perkembangan dan perubahan sosial mulai dari aspek kultural yang bervarian, insfrastruktur, fasilitas sosial, politik dan perkembangan pesat teknologi yang saat ini sudah menjadi salah satu alat penunjang perkembangan sosial masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Seiring perkembangan dan perubahan zaman semakin banyak teknologi dalam berbagai bentuk seperti Radio, Televisi, Kendaraan bermotor, Hand Phone, dan lain sebagainya. Maka hal-hal tersebut yang semakin berkembang pesat disebut sebagai Modernisasi yang hadir di kehidupan sosial masyarakat yang pada saat ini sudah banyak berpengaruh terhadap manusia sehingga pola fikir manusia sudah banyak berubah dan berkembang dari pola fikir kerja keras banting tulang  ke pola fikir serba instan.
Seiring perkembangan zaman dan dampak globalisasi yang tak dapat di pungkiri kehadirannya, modernisasi pun masuk dan berkembang pesat di Indonesia seiring masyarakat yang konsumtif menggunakannya sebagai penunjang yang praktis dalam kehidupan sosial atau pun kebutuhan privasinya. Salah satu contoh fenomena yang terjadi di masyarakat seiring berkembangnya teknologi yaitu hand phone, saat ini alat komunikasi tersebut sudah menjadi kebutuhan yang memang sudah dimiliki bahkan harus dimiliki oleh kalangan anak-anak sampai orang tua renta untuk senantiasa dapat memiliki dan menggunakannya entah dalam hal positif atau hal negatif. Tidak hanya itu selain dampak globalisasi yang di sertai hadirnya teknologi saat ini yang sedikit demi sedikit mengikis dan merubah qodrat mayarakat Indonesia saat ini, ada pula beberapa dampak global yang berpengaruh pada generasi serta pergaulan masyarakat saat ini yang sudah dekat dengan barang haram yang di konsumsi, seperti minuman keras, narkotika, psikotropika, dan obat-obatan terlarang lainnya yang berdampak negatif pada penggunanya.
Fakta sosial yang ada dalam realita dan terdapat beberapa fakta yang menjadi indikator mengapa penyalahgunaan dan peredaran obat-obatan itu terjadi dan apa saja dampaknya, diantaranya ialah:
      1.       Secara Ekonomi, Bisnis Narkotika sangat menguntungkan, di Indonesia hal ini menjadi urutan tiga besar setelah perdagangan senjata dan wanita.
      2.       Jumlah pecandu mencapai 3,2 juta jiwa atau sekita 1,5% dari penduduk Indonesia
      3.       Indonesia sudah menjadi produsen Narkotika
      4.       Angka kematian akibat penyalahgunaan rata-rata 15.000 jiwa pertahun
      5.       Tingkat penyalahgunaan lebih banyak pada usia Remaja Produktif

Dampak negatif Narkoba terhadap Perkembangan Psikologis


            Selain menimbulkan Dampak Negatif bagi kesehatan (Fisik), penyalahgunaan narkoba juga berdampak negatif bagi perkembangan psikis seseorang yang meliputi : tingkah laku , gaya hidup serta kepribadian.Dampak negatif tersebut ialah :

1.Narkoba akan menimbulkan sifat tidak peduli walaupun pada dirinya sendiri

2.Korban ( Pengguna ) cenderung tertutup , menyendiri serta sensitive

3.Menimbulkan sifat Pemalas bagi korban ( pengguna)

4.Konsentrasi dan daya ingatnya terganggu, sulit berkonsentrasi

5.Bagi Pelajar , Prestasi sekolah menurun

6.Hilang nya kepercayaan diri


     SUMBER : NARKOBA POLRES KARAWANG 2010.

Dari penjelasan di atas mungkin kita bisa melihat dan menganalisa salah satu keprihatinan negeri ini, namun tentulah semua itu akan kembali kepada diri kita, apakah kita hanya akan menjadi penonton dan audience setia atau akan senantiasa berpartisipasi dalam hal tersebut. Semua hal-hal yang terjadi itu adalah beberapa dampak dari Modernisasi dan Globalisasi yang menjadi konformisme sosial terhadap kondisi dan situasi global yang akan terus berkembang jika kita membiarkannya.
Bottom of Form

Kamis, 25 April 2013

tugas 2 : B. Stress



Tugas 2 :
B. Stress
1.     Pengertian stress,efek – efek stress “general adaption syndrome” menurut hans selye
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu.  Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Parapsikolog juga mendefinisikan stres dalam pelbagai bentuk.  Definisi stres yang paling sering digunakan adalah definisi Lazarus dan Launier (Ognen dalam Tanumidjojo, Basoeki, Yudiarso, 2004) yang menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.  Stres merupakan konskuensi dari proses penilaian individu, yakni pengukuran apakah sumber daya yang dimilikinya cukup untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan.
Hans Selye (Subekti D.A, 1993), menyatakan bahwa ada tiga tahap respon sistematik tubuh terhadap kondisi yang penuh stres, yaitu reaksi alarm, tahap perlawanan dan penyesuaian, dan tahap kepayahan (exhaustion).  Reaksi alarm dari sistem saraf otonom, dalam reaksi ini tubuh akan merasakan kehadiran stres dan tubuh akan mempersiapkan diri melawan atau menghindar, persiapan ini akan merangsang hormon dari kelenjar endokrin yang akan menyebabkan detak jantung dan pernapasan meninggi, kadar gula dalam darah, berkeringat, mata membelalak dan melambatnya pencernaan.  Pada tahap perlawanan dan penyesuaian yang merupakan bentuk respon fisiologik, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stres.  Jika penyebab stress tidak hilang, maka tubuh tidak bisa memperbaiki kerusakan dan terus dalam kondisi reaksi alarm.  Tahap yang ketiga yaitu kepayahan (exhaustion), yang terjadi apabila stres yang sangat kuat, stres berjalan cukup lama, usaha perlawanan maupun penyesuaian terhadap stres gagal dilakukan.  Jika berlanjut cukup lama maka individu akan terserang dari “penyakit stres”, seperti migren kepala, denyut jantung yang tidak teratur, atau bahkan sakit mental seperti depresi.  Apabila stres ini berlanjut selama proses kepayahan maka tubuh akan kehabisan tenaga dan bahkan fungsinya jadi terhenti.
                              Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.”GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
·         Fase Alarm (waspada)
·         Fase Resistance (melawan)
·         Fase Exhaustion (kelelahan)

2.     Factor – factor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu :
·         Distress( stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.


·         Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
·        Faktor individual yang menjadi penyebab stress:
Stress muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan,bila seseorang mengalami konflik. Konflik inilah yang merupakan sumber stress yang utama.
·        Faktor sosial yang menjadi penyebab stress :
Stress juga dapat bersumber dari interaksi individu dengan lingkungan sosialnya. Perselisihan dalam hubungan seperti masalah keuangan, saling acuh tak acuh dan tujuan yang saling berbeda, dapat menimbulkan tekanan ke dalam diri yang menyebabkan individu mengalami stress. Pengalaman stress yang umum misalnya, bersumber dari pekerjaan , khususnya (occupational stress” yang telah diteliti secara luas
3.     Tipe-tipe stress psikologi :
·         Tekanan
   Biasanya tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga. Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.

·         Frustasi
                      Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.

·         Konflik
                      Perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkna organisasi.

·         Kecemasan
                                  Khawatir, gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.

4.     Strategi coping yang spontan mengatasi stress :
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (Sunaryo,2004)

                                  
                Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
                       -Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah)
                                    Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
                       - Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)
                                          Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.

5.    Pendekatan problem solving terhadap stress :
                  Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.

                                   
                Sumber :